Kontribusi Budaya Pencak Silat dalam Kecepatan Kekuatan Pemulihan dan Kebangkitan Indonesia 77 Tahun

  • Whatsapp

KABARNUSANTARA.ID – Menyongsong 77 tahun Indonesia merdeka, Indonesia dihadapkan dengan besarnya gelombang tantangan yang ada di depan mata. Pasca Covid 19, Indonesia akan menghadapi stagnasi ekonomi dunia, ancaman krisis pangan dan juga perubahan iklim dunia.

Presiden Jokowi bahkan sudah mendapat bisikan dari para pemimpin PBB dan IMF bahwa tahun depan, 2023, tahun gelap.

Bacaan Lainnya

Namun sama seperti masa-masa sebelumnya, rasa optimisme bahwa Indonesia yang kini telah berusia 77 tahun akan mampu mengatasi semua tantangan itu terus digelorakan.

Sariat Arifia, Pengurus Bidang Budaya IPSI Jabar 2022-2026 meyakini bahwa Indonesia adalah bangsa yang dinamis, luwes dan mampu bersatu bersinergi dalam menghadapi tantangan global.

Tidak hanya sampai di situ, malah, Pemerintah Indonesia memberi tagline di tengah ulang tahun ke 77 Indonesia, yakni pulih lebih cepat bangkit lebih kuat. Kata kata ini memiliki dua kata kunci yakni kecepatan dan kekuatan.

Kecepatan dan kekuatan, di dalam dunia pencak Silat, adalah dua unsur yang terus menerus dilatih, secara konsisten. Tidak ada organisasi yang lebih baik dalam mendidik kader kadernya dalam kecepatan atau bisa dikatakan sebagai ketajaman reaksi dan juga kekuatan selain dari perguruan perguruan Pencak Silat.

Kecepatan dan kekuatan adalah dua unsur mutlak yang di miliki oleh para pendekar. Kecepatan sudah lama di kenal para pesilat Sunda, secara tradisi mereka menyebut pencak silat dengan istilah Maenpo, “Maen Anu tara mere Tempo”.

Istilah ini lahir karena sangat menonjolnya unsur kecepatan dan ketepatan dalam Gerakan maenpo (Muhammad Rafijen, Maenpo Peupuhan Adung Rais).

Maen Anu tara mere tempo, tidak boleh sedetikpun kita memberikan peluang bagi ancaman yang akan membahayakan bagi diri kita, untuk bisa ada. Kalau kita sudah mengetahui dunia akan di landa kegelapan, bahaya kelangkaan pangan, maka menjadi kewajiban bagi para pendekar bangsa Indonesia, untuk terus menyalakan cahaya, memberi pelita, agar tidak boleh satu detikpun kegelapan itu terjadi.

Kalau memang ada bahaya kurang pangan, maka dari sekarang tidak boleh satu detikpun berhenti menabung agar kekurangan itu tidak terjadi.

Kecepatan dalam pencak silat juga di gambarkan melalui kalimat silat, yakni di antarnaya di definisikan sebagai “MengiSI secepat kiLAT”. Tidak boleh ada jeda. Tidak boleh ada ruang sedikitpun dalam mengisi. Duduk termenung, berpangku tangan, melihat tantangan yang ada di depan mata adalah pamali/pantangan untuk di lakukan (M. Rifai Sahib, Filsafat Pencak Silat).

Selain kecepatan, di dalam latihan pencak silat maka selain mendapatkan kekuatan Fisik maka juga berbarengan dengannya adalah kekuatan mental spiritual. Melalui Pencak silat, tidak hanya mendapatkan ketajaman reaksi saja tapi juga mendapatkan faedah rohani seperti ketabahan menderita sakit, keperwiraan kekesatriaan. Oleh karenanya penting untuk dipelihara, disuburkan dan dijadikan pusaka turun temurun (Bung karno, 11 Agustus 1952).

Adat, adab dan sopan santun adalah dasar Pendidikan pencak silat. Selain dari itu juga digunakan untuk memperluas budi pekerti, menanamkan kepercayaan diri. Orang yang pandai pencak silat adalah orang yang berani. (Bung Hatta, 30 Juli 1952).

Oleh karena itu dalam Pendidikan pencak silat, bisa diukur seberapa dalam seseorang belajar pencak silat, dengan mengukur tingkat kesabarannya, ketabahannya, adat, adab dan sopan santunnya. Bahkan pengorbanannya kepada orang banyak, agama dan negara. Inilah kekuatan mental spiritual dari seorang pendekar.

Dalam Pencak silat aliran Cimande, kekuatan ini di gambarkan dalam kalimat tujuan belajar pencak cimande yang di rumuskan mama H. Djarkasih (Alm),” Cicing panceg, dina tangtungan alif. Ulah unggut kalindungan, ulah gedak ka anginan ku jalan Istiqomah, Jadi tauladan ngabela anu hak, kalawan ngajauhan anu bathil” (H. jatnika Nanggamihardja, Shi dari warisan tradisi Cimande).

Kekuatan itu bukanlah sesuatu yang hanya fisik saja, namun lebih dari itu berada di dalam tubuh, berbentuk karakter, pikir dan juga hati. Seorang pendekar di tuntut untuk Tahan terhadap godaan, setia pada tujuan. Membersihkan diri dari tujuan yang jelek dan juga cara cara yang tidak memiliki martabat.

Adalah keliru kalau menganggap pencak silat semata mata, hanya tampilan di dalam panggung atau hanya sebatas Pendidikan fisik. Pencak Silat adalah Pendidikan berbasis Fisik yang berfungsi melatih kondisi mental lahir atau bathin yang di sebut sebagai Psycho Psychics (Randy Van Zichem P.H.D, De Traditie Van Cimande “Indonesische martiale kunst in dynamisch perspectie).

Dalam pemulihan bangsa yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan maka tidak bisa tidak, manifestasi budaya yang berbentuk dalam bela diri merupakan alat yang paling tepat untuk memberikan kontribusi yang di harapkan pemerintah untuk membentuk karakter manusia manusia yang Tangguh, pulih dengan cepat dan bangkit karena kuat.

Hal ini seiring dengan sudah berjalan ratusan bahkan mungkin sudah ribuan tahun, yang sudah menjadi budaya dan terus di kembangkan secara turun menurun dalam dunia pencak silat, bahwa tatar Sunda atau yang kini di kenal sebagai Jawa Barat, memang dari dulu di kenal sebagai tanah para ksatria/pendekar dan para pemberani. Rakyatnya berwajah Rupawan dan berperawakan tegap. Masyarakat Sunda adalah masyarakat yang mahsyur akan kejujurannya (Tome Pires, Suma Oriental).

Oleh karenanya di hari ulang tahun ke 77 ini, mari kita terus berlatih, suburkan dan wariskan pusaka pencak silat ini kepada generasi berikutnya untuk kejayaan bangsa dan negara. Jangan sampai kita hidup, namun terlepas dari jati diri kita. Dirgahayu Indonesia.(*)

Pos terkait