DPRD Garut Sorot Penanganan Stunting, Ingatkan Jangan Sampai Ada Bisnis

  • Whatsapp
Bupati Garut Rudy Gunawan dan istrinya Diah Kurniasari Gunawan yang juga Ketua P2TP2A Garut saat mengunjungi SDN Sukagalih V di hari pertama sekolah, Senin (18/07/2022)

GARUT, KABARNUSANTARA.ID – Pemkab Garut menggelontorkan anggaran hingga Rp 5,9 miliar untuk atasi stunting atau kurang gizi bagi balita. DPRD Garut ingatkan agar tak ada bisnis pengadaan barang dalam penanganan masalah gizi itu.

Bupati Garut, Rudy Gunawan, mengatakan sudah menyiapkan anggaran yang besar untuk mengatasi persoalan kurang gizi di Kabupaten Garut. Bahkan dana miliaran disiapkan untuk membeli susu formula.

Bacaan Lainnya

“Kurang lebih Rp 5,9 miliar untuk membeli susu,” ujar Rudy kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Susu formula yang nanti akan dibeli untuk menangani stunting ini, merupakan susu khusus yang sudah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan.

Susu formula ini nantinya akan diberikan kepada seluruh anak yang mengalami stunting sebagai makanan tambahan.

“Nantinya selain susu formula ini, ditambah telur dan biskuit juga,” ujarnya.

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan, jumlah balita stunting di Kabupaten Garut yang ditemukan sebanyak 31.943 atau 15,6 persen dari 220.042 balita yang ada.

Jumlah tersebut diketahui setelah dilakukan bulan penimbangan yang dilakukan oleh Pemkab Garut. “Sekarang jumlahnya sudah diketahui, sehingga sekarang tinggal penanganannya,” ujarnya.

Sekretaris Komisi 4 DPRD Garut, Wawan Sutiawan menyoroti upaya Pemkab Garut yang akan memberikan telur dan susu kepada anak yang kurang gizi tersebut. Wawan mengingatkan agar pemerintah tak menjadikan penanganan stunting jadi ajang bisnis pengadaan barang.

“Jangan sampai anggaran yang besar ini cuma jadi ajang bisnis pengadaannya saja. Semua anggaran itu harus betul-betul tepat sasaran,” ucap Wawan.

Penanganan stunting tak akan efektif jika hanya memberikan makanan tambahan. Padahal perlu ada pendampingan kepada orang tua terkait pola asuh.

“Anak yang stunting mau diberi telur dan susu sebagai makanan tambahan. Masa bayi usia enam bulan juga dikasih telur. Ini lucu, kajiannya saja berasal dari daerah lain,” kata Wawan.

Seharusnya pemerintah bisa melakukan kajian sendiri, sehingga bisa diketahui kebutuhan dari setiap keluarga. Jangan memaksakan diri memberi telur dan susu.

“Kayak susu formula, belum tentu anaknya mau dikasih. Kalau tidak diminum bagaimana? Hal ini perlu dikaji lagi. Asupan gizi bagi anak itu masih banyak,” ucapnya.

Wawan bahkan baru mengetahui angka Rp 5,9 miliar penanganan bagi anak kurang gizi ini dari pernyataan Bupati Garut. Bahkan untuk pembagian telur ayam saja angkanya mencapai Rp 1,2 miliar.

Menurut Wawan, berdasarkan data di e-katalog harga susu formula yang akan diberikan itu sebesar Rp 76 ribu. Jika dibagi Rp 5,9 miliar, ada 77.631 dus susu yang akan dibagikan. Dari 7.044 anak usia 0-23 bulan, artinya setiap anak dapat 11 dus.

Wawan meminta pemerintah tak terburu-buru dalam melakukan penanganan stunting ini. Harus ada kajian yang komprehensif terlebih dulu. Terutama bagi 30 ribu anak yang masuk data stunting di Garut.

“Nah yang 30 ribu ini mau seperti apa penanganannya. Tak cuma soal asupan gizi saja, tapi harus ada pendampingan juga kepada orang tuanya,” katanya.(*)

Pos terkait