Harmoni dalam Keberagaman, Moderasi Beragama di Era Digital

  • Whatsapp

KABARNUSANTARA.ID – Fatayat NU Kabupaten Garut bekerjasama dengan Kementerian Agama menggelar workshop Penguatan Moderasi Beragama di Hotel Harmoni, Cipanas, Garut pada Sabtu, 2 Desember 2023.

Workshop ini bertujuan meneguhkan nilai-nilai moderasi dalam upaya menciptakan kehidupan yang harmoni, menjembatani pemahaman yag lebih baik antar agama, serta mengatasi tantangan kehidupan beragama di era digital.

Bacaan Lainnya

Kegiatan ini mengundang 135 peserta dari 11 SMAN/SMK dan sederajat, serta Mahasiswa dan dosen yang berasal dari Prodi Pendidikan Agama Islam FPIK Universitas Garut. Adapun narasumber kegiatan ini berasal dari akademisi dan praktisi moderasi beragama yang telah memiliki kompetensi dan kepakaran di bidang fasilitasi Nasional mengenai moderasi beragama oleh Kementrian Agama RI.

Hj. Ai Sadidah, M.Pd selaku Ketua Fatayat NU Garut memaparkan bahwa sebagai bagian dari NU, Fatayat NU merupakan syap perempuan NU yang memiliki peran trisula dalam aras geraknya, yakni peran keagamaan, peran kebangsaan dan peran keperempuanan.

Peran keagamaan Fatayat Nu adalah Ahlussuunnah wal Jamaah An-nahdiyah berdasarkan prinsip tawassuth (moderat), tawazun (proporsional), tasamuh (toleran), itidal (adil), dan iqtishad (wajar) dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar.

Peran kebangsaan fatayat NU adalah nilai perjuangkan yang selama ini dilakukan oleh NU dalam mengawal tegaknya NKRI sebagai konsensus kebangsaan yang final dan mengikat.

Sementara dalam peran keperempuanan Fatayat turut serta berpartisipasi dalam peran keragaman dan peran kebangsaan secara setara. Maka berangkat dari peran trisula tersebut, Fatayat mengajak kaum muda terutama para siswa dan mahasiswa untuk menjadi muharrik (penggerak) dalam upaya meneguhkan semangat moderasi beragama yang telah menjadi keniscayaan bagi keragaman bumi indonesia.

Menurut Prof Dr. Hj. Ummu Salamah, MS dalam keynote speech-nya menyatakan bahwa sebagai salah satu negara yang berada di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keragaman budaya, suku, ras, dan agama. Keragaman yang merupakan identitas negara Indonesia yang kita cintai ini, ternyata memiliki banyak pengaruh keragaman masyarakat terhadap perilaku warga Indonesia baik yang positif maupun yang negatif.

Pengaruh yang positif bahwa keberagaman menciptakan karakteristik masyarakat intensitas sosial yang mendorong sikap toleransi terhadap keberagaman itu sendiri. Bahkan keberagaman budaya ternyata juga sangat mempengaruhi pola perilaku bangsa untuk tetap bergaul di masyarakat di mana orang saling mengenal dan saling memahami perbedaan.

Namun sisi negatif dari keberagaman ras dan budaya ini memerlukan penanganan dan pengelolaan tersendiri. Hal ini dikarenakan mungkin beberapa masyarakat masih memegang teguh budayanya sendiri dan ini dapat menimbulkan pola perilaku yang tidak peduli terhadap keberagaman budaya orang lain.

Kebanggaan terhadap budaya sendiri dapat menyebabkan pola perilaku yang tertutup terhadap pergaulandan budaya lainnya. Menghadapi sikap yang demikian menurut Prof Umu dibutuhkan toleransi sebagai sikap dan perilaku masyarakat karena toleransi menciptakan pondasi dari kerukunan dan Harmoni di tengah keberagaman tersebut. Sikap toleran menjadi kunci untuk membangun masa depan yang damai dan bersatu di Indonesia.

Salah satu modal kunci dalam upaya menciptakan pondasi kerukunan dan toleransi adalah dengan kemampuan komunikasi. Karena akar dari segala persoalan keragaman adalah kurangnya komunikasi sehingga menyebabkan kesalahpahaman dan kesalahpengertian. Komunikasi yang efektif diharapkan dapat mengubah keberagaman menjadi harmoni kehidupan.

Komunikasi juga akan menjadi perekat bagi masyarakat dan komunitas serta kelompok dalam upaya mengatasi kebutuhan dialog antar kelompok maupun antar pemangku kepentingan.

Setelah penyampaian materi dan proses dialog selesai dilaksanakan, di akhir acara, fasilitator memandu para peserta untuk membuat rencana tindak lanjut (RTL) berdasarkan zona kepsertaan masing-masing.

Hal ini dianggap penting mengingat peran kolaborasi dibutuhkan dalam upaya menciptakan kehidupan sekolah dan kampus yang harmoni di atas segala perbedaan yang ada.

Selain itu, RTL ini dianggap penting dan menjadi kunci bagi Fatayat NU garut selaku penyelenggara kegiatan untuk mengukur seberapa efektif peserta menyerap materi, pengalaman, serta pengetahuan yang telah dishare melalui kegiatan workshop ini, hingga akhirnya mampu menggerakkan setiap individu dan komunitas siswa maupun mahasiswa untuk berbuat dan memberi dampak bagi terjalinnya kehidupan yang lebih harmoni.(*)

Pos terkait