Kisah Nabi Yakub AS, Teladan Para Orang Tua

  • Whatsapp
Nabi Yakub AS adalah sosok seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya. Kisah Nabi Yakub bisa menjadi teladan bagi orang tua, khususnya para ayah.(CNN Indonesia/Fajrian)

ISLAMI, KABARNUSANTARA.ID – Kisah Nabi Yakub AS patut dijadikan teladan bagi setiap orang tua, terutama para ayah. Nabi Yakub adalah nabi dan rasul ke-10 yang wajib diimani.

Nabi Yakub meneruskan dakwah orang tuanya, Nabi Ishak AS dan kakeknya Nabi Ibrahim AS. Yakub juga mewariskan dakwahnya kepada sang anak, Nabi Yusuf AS.

Bacaan Lainnya

Yakub besar bersama saudara kembarnya, Ishu. Mereka hidup rukun hingga muncul perselisihan dan Yakub diminta untuk menemui sang paman, Laban. Ishak juga mengirimkan pesan agar Yakub belajar dan menikah dengan anak sang paman.

Yakub menempuh perjalanan berat melewati gurun pasir disertai angin dan badai yang kencang. Sepanjang perjalanan, Yakub selalu berzikir dan berharap perlindungan dari Allah SWT.

Saat tiba di Fadan Aram, Yakub langsung mencari rumah paman Laban. Yakub berhasil menemui rumah Laban setelah diminta mengikuti perempuan cantik yang merupakan anak dari Laban.

Yakub disambut dengan hangat. Saat berbincang, Yakub menyampaikan pesan ayahnya untuk dinikahkan dengan anak Laban. Laban memiliki dua anak perempuan yang cantik, Laiya dan Rahil.

Laban menerima permintaan itu tapi dengan syarat mas kawin berupa bekerja selama tujuh tahun di peternakannya.

Setelah tujuh tahun bekerja, Yakub pun mengutarakan permintaannya untuk menikah dengan Rahil. Namun, Laban mengatakan Yakub tak bisa menikahi Rahil karena memiliki seorang kakak yang belum menikah. Oleh karena itu, Yakub mesti menikahi Laiya terlebih dahulu. Yakub baru boleh menikahi Rahil jika dia bekerja tujuh tahun lagi di peternakan.

Yakub pun mematuhi permintaan pamannya. Dia menikah dengan Laiya dan bekerja tujuh tahun lagi untuk menikah dengan Rahil. Di masa itu, menikahi kakak dan adik masih diperbolehkan.

Setelah menikah dengan Laiya dan Rahil, Nabi Yakub menikahi dua perempuan lain yakni budak Laiya dan Rahil. Dari empat istrinya itu, Yakub dikarunia dengan 12 anak. Dari Rahil, lahir anak ke-11 yang diberi nama Yusuf. Setelah itu, lahir pula Bunyamin anak ke-12.

Nabi Yakub memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama untuk semua anak-anaknya, termasuk dua yang paling bungsu yaitu Yusuf dan Bunyamin. Namun, pada Yusuf dan Bunyamin, Yakub melihat kelebihan dibandingkan 10 anak lainnya.

Anak-anak yang lain pun merasa Yakub lebih menyayangi Yusuf dan Bunyamin. Mereka kerap memerintah Yusuf dan Bunyamin.

Hingga pada suatu hari, Nabi Yakub memanggil anak-anaknya dan berpesan untuk tidak berlaku zalim pada saudara-saudaranya sendiri. Sepuluh anak Yakub tak terima dengan nasihat ayahnya itu karena merasa dituduh menzalimi saudara mereka.

Suatu ketika, Yusuf mendatangi Nabi Yakub dan menceritakan tentang mimpi yang baru dilihatnya. Yusuf bermimpi melihat matahari, bulan, dan sebelas bintang yang bersujud kepadanya.

Nabi Yakub menjelaskan mimpi itu merupakan pertanda baik. Bahwa pada suatu hari Yusuf akan diangkat menjadi seorang nabi. Yakub lalu mulai banyak mengajarkan Yusuf ilmu-ilmu agama. Tapi, ini justru menimbulkan lebih banyak kecemburuan saudara-saudara lainnya.

Kecemburuan itu membuat anak-anak Nabi Yakub mencelakakan Yusuf. Saat mengembala, Yusuf dibuang ke dalam sumur tua yang kering. Kesepuluh anak itu lalu melapor kepada ayahnya bahwa Yusuf telah diterkam oleh serigala dan terpisah dari mereka.

Mendengar cerita anaknya itu, Nabi Yakub bersedih hati. Dia terus-terusan berdoa untuk keselamatan Yusuf.

Bertahun-tahun berlalu hingga kekeringan menerpa Palestina. Nabi Yakub lalu memerintahkan anaknya untuk mengunjungi Mesir untuk mencari bahan makanan.

Setibanya di Mesir, anak-anak Nabi Yakub bertemu dengan Penasihat Raja Mesir, yang ternyata merupakan saudaranya sendiri, Yusuf. Sepuluh saudara itu tak sadar mereka sedang berhadapan dengan Yusuf. Kala itu, Yusuf diselamatkan oleh saudagar yang melintas di sumur tua itu.

Yusuf lalu memberi bahan makanan yang berlimpah kepada saudaranya. Dia berpesan jika merka sudah kehabisan bahan makanan lagi mereka diperbolehkan kembali datang dengan syarat membawa adik bungsu mereka, Bunyamin.

Saat persediaan makanan telah habis, sepuluh kakak tertua itu kembali meminta izin kepada Nabi Yakub untuk pergi ke Mesir sambil membawa Bunyamin. Namun, Nabi Yakub takut akan hal yang sama yang terjadi pada Yusuf menimpa Bunyamin.

“Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?” kata Nabi Yaqub sesuai surat Yusuf ayat 64.

Anak-anak Nabi Yusuf memohon dan berjanji akan menjaga Bunyamin. Yaqub pun mengizinkan Bunyamin pergi.

Di Mesir, Bunyamin bertemu dengan Yusuf. Yusuf pun mengakui kepada saudaranya bahwa dia adalah adiknya yang dibuang ke sumur. Sepuluh kakak itu meminta maaf kepada Yusuf.

Yusuf pun meminta kakak-kakaknya kembali ke Palestina untuk membawa ayah mereka dan bersama-sama tinggal di Mesir.

Setibanya di Palestina, anak-anak Nabi Yusuf memanggil ayahnya. Mereka lalu menyampaikan pertemuannya dengan Yusuf dan meminta maaf kepada ayahnya atas apa yang telah mereka perbuat, Nabi Yakub berkata ia telah memohon kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa anaknya. Nabi Yakub ikut bersama anak-anaknya mengunjungi Mesir.

“Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” kata Yakub sesuai surat Yusuf ayat 98.
Nabi Yaqub ikut bersama anak-anaknya mengunjungi Mesir.

Yaqub dan anaknya Yusuf pun bertemu kembali dengan suasana yang haru.

“Aku akan memohonkan ampunan bagimu”

Dari kisah Nabi Yakub ini dapat diketahui bahwa Nabi Yakub adalah contoh teladan seorang ayah yang sangat mencintai anak-anaknya.

Yakub tidak pernah marah kepada anaknya, tapi ia selalu menasihati untuk berbuat kebaikan. Yakub juga selalu mendoakan anak-anaknya agar diampuni Allah.

“Yakub terus berdoa untuk kebaikan anak-anaknya untuk menjadi orang yang lebih baik,” ucap Wahyul.

Nabi Yakub mendidik anak-anaknya untuk saling menjaga dan menyayangi satu sama lain. “Nabi Yakub ini beliau orang yang sangat sabar mengajarkan pada anaknya untuk saling menyayangi satu dan yang lain,” kata Pengasuh Taman Belajar Al-Afifiyah Kota Bandung KH Wahyul Afif Al-Ghafiqi, kepada CNNIndonesia.com.

Pos terkait