GARUT|KABARNUSANTARA.ID – Volume sampah rumah tangga di Kabupaten Garut setiap harinya mencapai 860 kubik, atau setara dengan 60 ton. Sedangkan luasan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di kawasan Pasirbajing di Kecamatan Banyuresmi hanya 14 hektar.
“Sebetulnya Garut itu darurat sampah sudah dari tahun kemarin, volume sampah yang banyak, membuat Pasirbajing overload,” ungkap Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Garut, Guriansyah.
Karenanya, kata Guriansyah, Pemkab Garut berencana menambah luasan tanah di area Pasirbajing sambil menunggu dioperasikannya TPA Legoknangka di Kawasan Nagreg Kabupaten Bandung.” Pemerintah berencana membeli tanah di sekitar Pasirbajing. Tapi yang paling penting memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk turut serta mengelola sampah,” ujarnya.
Dikatakannya, kalaupun Legoknangka Nagreg nantinya dioperasikan, bukan berarti masalah penanganan sampah ini selesai, sebab konvensasi biaya yang harus dibayarkan Pemda, mencapai Rp. 300 ribu perton. Sehingga biaya pertahunnya bisa mencapai belasan milyar.
“Terakhir itu biaya yang harus dikeluarkan oleh daerah, Rp. 300 ribu hanya untuk buang sampahnya saja, belum untuk biaya bahan bakar, upah pekerja dan biaya lainnya. Sekarang saja anggaran murni dinas Rp. 22 milyar, hampir 60 persennya dialokasikan untuk penanganan sampah,” paparnya.
Selain masalah kapasitas TPA yang kecil sehingga terjadi overload, dinasnya juga kekurangan kendaraan pengangkut sampah. Sehingga sampah yang ada di tempat pembuangan sementara (TPS) sering terlambat dianggkut ke TPA.
“Tahun ini ada penambahan lima unit dumtruk baru, tapi belum terealisasi lelangnya. Makanya Bapak Bupati kecewa, karena proses lelangnya dinilai terlambat,” tuturnya.
Ditambahkan Guriansyah, dari 60 ton sampah rumah tangga perhari itu, 70 persen diantaranya berupa sampah organik, dan sisanya unorganik. Ketersedian TPS sebanyak 120 titik, dengan 70 jalur. Jumlah kendaraan 37 dumtruk, 4 kolbak, 35 roda tiga (triseda), dengan jumlah pegawai 362 orang.
(Asep / Jay).