BANDUNG, KABARNUSANTARA.ID – Senyum Mark Stevi Hadulu tampak semringah. Tak terlihat ada beban di wajahnya meski dua pekan jauh dari keluarga. Sejak awal Mei lalu, dia dimasukkan ke barak militer di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Tetapi hari ini, dia dinyatakan lulus usai menjalani pendidikan karakter Panca Waluya gelombang pertama.
Meski harus berpisah beberapa saat dengan teman-temannya di SMAN 10 Bogor, siswan kelas XI itu tak lantas gelisah. Dia mengaku ketagihan mengikuti program yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi itu.
Dia pun berkisah hari-harinya di barak. Awalnya teras berat. Dia mesti beradaptasi dengan aturan kedisiplinan yang diterapkan. Namun, seiring waktu, Stevi mengaku sudah terbiasa.
Lebih kurang 14 hari di rindam, Stevi merasakan momen kebersamaan yang indah. Dia memiliki banyak teman dari sejumlah sekolah. Saking senangnya, dia mengaku tak ingin berpisah secepat ini dengan teman-teman barunya itu.
Kekompakan itu terjadi karena sejak pagi mereka sudah bersama-sama melakukan berbagai rutinitas. Bangun pukul 4 Wib subuh, kegiatan mereka mulai dengan salah subuh berjemaah, dilanjut apel, kemudian senam bersama.
Dilanjut latihan PBB, belajar materi sekolah seperti pada umumnya, ditambah penguatan materi tentang bela negara.
“Iya ini pengalaman pertama buat saya dan jujur ketagihan, kayak enggak mau pisah aja.”
“Awal-awal memang sengsara karena harus beradaptasi juga sama lingkungan sama aturan. Seminggu pertama itu semua merasa tertekan,” kenangnya kini.
Stevi makin merasa betah karena teman-teman sekelompoknya mendapatkan penilaian paling baik. Kelompok terkompak dan rapi selama menjalani hari-hari pendidikan.
Stevi makin merasa betah karena teman-teman sekelompoknya mendapatkan penilaian paling baik. Kelompok terkompak dan rapi selama menjalani hari-hari pendidikan.
Stevi juga memastikan, tidak ada kekerasan dialaminya dan pelajar lain selama mengikuti program pendidikan di barak militer. Meski memang ada hukuman untuk yang sulit diatur, namun menurutnya itu tak sampai ada kekerasan fisik.
“Kalau ada yang susah dibilangin, paling disuruh jalan jongkok. Itu juga di balik hukuman yang diberikan ternyata baik juga untuk kita,” ujarnya.
Di awal, dia sempat mengira pendidikan karakter Panca Waluya yang dijalani bakal berlangsung keras. Tetapi rupanya tidak. Bahkan tak pernah sedikit pun terpikir olehnya untuk kabur dari barak.
“Dipikir sih di sini bakal keras atau gimana, ternyata malah enak nanget tiap hari ikut kegiatan rutin kaya di sekolah cuma lebih sehat makan makanannya,” ujar dia.
Saat ditanya kenapa bisa sampai masuk barak, Stevi mengaku lantaran sering nongkrong sampai lupa waktu. Sehabis sekolah, dia sering main berkumpul dengan kawannya hingga malam.
“Iya nongkrong, lupa waktu,” senyumnya mengembang.
Sementara itu, Sayid, siswa kelas 11 SMA asal Sukabumi mengaku merasa lebih disiplin setelah mengikuti program pendidikan ini. Ada sejumlah jadwal yang ditentukan tiap harinya selama dia menjalani masa-masa pendidikan, sehingga kesehariannya lebih teratur.
“Iya, jadi bisa disiplin gitu, lebih teratur, makan, tidur, sholat lima waktu. Terus bisa ketemu banyak teman-temanlah, dari banyak kota, kayak Bandung, terus Cirebon, Cikampek, jadi banyak teman lah ini ya,” kata dia kepada wartawan, Selasa (20/5/2025).
Ibunda Sayid, Lilis, berbagi cerita singkat ihwal bagaimana anaknya itu bisa ikut program pendidikan karakter Panca Waluya. Dia bilang itu berawal dari arahan pihak sekolah, karena putranya kelewat sering bolos, sebab malamnya acap begadang main ponsel.
“Diarahkan dari sekolah, ini suka bolos karena jarang ke sekolah, karena malamnya suka main-main game gitu, karena kurang disiplin aja. Jadi kelas 2 SMA terus proses sekolah jadi dialihkan,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, mengatakan program ini akan berlanjut. Artinya, akan ada angkatan siswa baru yang bakal memperoleh pendidikan karakter di barak militer dengan seizin orang tua mereka.
“Ya berlanjut dong, ini program kan angkatan pertama setelah itu mereka melewati pendidikan nanti dua mingguan selama setahun ya, karena persiapan minat dan bakat kemudian setelah itu nanti ada angkatan baru,” jelas Dedi.
Dia menyatakan bahwa program ini merupakan bukti keseriusan Pemprov Jabar dalam menangani karakter siswa-siswa yang bermasalah. Di mana semua peserta dibekali materi soal bela negara dan kedisiplinan lainnya.
“Jadi membangun hubungan negara dengan rakyat, pemimpin dengan rakyat, itu urusan rasa, bukan urusan-urusan administrasi kenegaraan. Jadi ini salah satu bukti bahwa banyak orang meragukan apa yang dilakukan oleh Pemprov Jabar, tetapi akhirnya waktu yang menjawab,” ujar Dedi.