Petani Kentang Merasa Terbantu Dengan Inovasi Uap Panas Bumi PLTP Kamojang

  • Whatsapp

GARUT, KABARNUSANTARA.ID– Energi panas bumi _(geothermal)_ terbukti tidak hanya sekedar energi bersih karena memiliki emisi karbon yang sangat rendah, tapi juga berhasil memberikan manfaat yang lebih besar. Salah satu yang merasakan manfaat ini adalah peani kentang yang ada di sekitar wilayah Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Kamojang.

“Kami biasanya hanya tahu sterilisasi cocopeat dilakukan dengan mengukus secara tradisional. Seringkali kami harus membeli cocopeat baru. Uap geothermal dari PGE sangat membantu dalam sterilisasi cocopeat karena bisa digunakan lagi sampai empat kali. Itu sangat menghemat biaya produksi bibit kentang,” ungkap Zamzam Nurzaman, ketua LMDH Mustika Hutan binaan PGE Area Kamojang, kepada kalangan wartawan di Aula PGE Kamojang, belum lama ini.

Bacaan Lainnya

Zamzam menuturkan, awal pertemuannya dengan PGE adalah terkait masalah sterilisasi media tanam. Sebab katanya untuk menghasilkan bibit kentang unggul yang disebut G nol (Generasi ke nol) itu generasi yang harus bebas virus.

” Salah satunya yang harus bebas virus itu media tanamnya yang harus bebas virus sama sekali. Cara untuk menghilangkan virusnya itu dengan cara dikukus, atau diuap, biasanya kita petani di lapangan mengukusnya dengan cara konvensional menggunakan tungku kayu bakar, atau LPG. Dengan adanya bantuan dari PGE kita bisa menggunakan uap, kapan saja kita butuh,” tuturnya.

Di Dusun Kamojang, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, kentang menjadi budidaya utama pertanian. Terdapat penangkaran bibit kentang varietas G0 yang menggunakan cocopeat sebagai media tanam.

Demi bisa memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat, PGE melakukan inovasi, dengan menggunakan Geotato (Geothermal Potato), alat inovasi pemanfaatan uap geothermal untuk proses sterilisasi cocopeat.

Hasil cocopeat yang disterilkan dengan Geotato terbukti sangat membantu petani dalam menghemat biaya pembelian cocopeat baru dan bahan bakar konvensional untuk mengukus cocopeat dalam proses produksi bibit kentang.

Berbekal inovasi ini kualitas cocopeat juga menjadi lebih baik dan menghasilkan peningkatan panen bibit kentang G0. Dari yang awalnya rata-rata hanya dapat menghasilkan 22 ribu sampai dengan 30 ribu knol bibit kentang dari 7 ribu stek tanaman menjadi 28 ribu sampai dengan 35 ribu knol bibit kentang dari jumlah stek tanaman yang sama setelah menggunakan uap geothermal dalam proses sterilisasi cocopeat.

“Hadirnya energi geothermal telah menciptakan _multiplier effect._ Tidak saja menghasilkan energi bersih, tapi juga mendorong peningkatan ekonomi masyarakat lokal,” tutur Ahmad Yuniarto, Direktur Utama PGE.

Dampak positif pun berlanjut. Penggunaan uap geothermal untuk sterilisasi cocopeat mampu menurunkan timbunan limbah cocopeat yang terbuang sampai dengan 300 persen karena dapat digunakan kembali sampai dengan 4 kali.

Dengan menggunakan uap geothermal, maka emisi karbon juga dapat diturunkan dari hasil penggunaan bahan bakar konvensional dalam proses sterilisasi cocopeat.

Program “Kentang Geothermal” ini merupakan salah satu inisiatif PGE dalam menjalankan bisnis dengan menerapkan aspek environment, social, dan governance (ESG). Upaya menekan limbah serta menurunkan emisi karbon dari aktivitas sterilisasi menggunakan alat konvensional sejalan dengan aspek lingkungan.

Selain itu program ini juga menjadi komitmen PGE untuk mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) goal ketujuh tentang energi bersih dan terjangkau. Aktivitas petani kentang ini amat terbantu dalam inovasi untuk proses sterilisasi cocopeat dengan memanfaatkan panas bumi yang bersih dan terjangkau.

Tak hanya itu, kontribusi terhadap hasil panen petani sejalan dengan aspek sosial juga sejalan dengan tujuan kedelapan dari SGDs yaitu mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua.

Tidak berhenti di situ, PGE juga turut mendampingi kelompok petani LMDH Mustika Hutan dalam melakuka.

Pos terkait