GARUT, KABARNUSANTARA.ID – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut memastikan Jalan Kiara Kohok – Linggamanik yang saat ini kondisinya rusak bukan hasil pekerjaan yang dilakukan tahun 2023.
“Jalan yang rusak itu bukan pekerjaan baru, tapi yang sudah lama. Kalau yang baru itu kan pake beton. Kalau yang rusak itu kan bukan (beton),” ujar Kepala Dinas PUPR Kabupaten Garut, Agus Ismail kepada wartawan, usai mengikuti kegiatan ground breaking Serikandi-Biru di Kampung Dayeuh Handap, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota, Senin (13/5/2024).
Menurut dia, jalan Kiara Kohok – Linggamanik di Kecamatan Cikelet yang diberitakan rusak itu merupakan hasil pekerjaan tahun sebelumnya yakni tahun 2022, yang dikerjakan dengan menggunakan hotmik.
“Kalau pekerjaan jalan yang tahun 2023 itu menggunakan beton,” ujarnya.
Agus menerangkan, untuk pekerjaan Jalan Kiara Kohok – Linggamanik yang dikerjakan tahun 2023 saat ini tengah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Untuk hasilnya pihaknya belum mengetahui karena belum menerima.
“Pemeriksaan oleh BPK sudah dilakukan, tapi kami belum menerima LHP-nya (laporan hasil pemeriksaan),” paparnya.
Sebelumnya,Pembangunan Jalan Kiara Kohok – Linggamanik di Kecamatan Cikelet menjadi sorotan banyak pihak. Hal itu karena kualitas jalan tersebut dinilai buruk.
Saat ini jalan sepanjang 2,55 kilometer yang dibangun 6 bulan yang lalu dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Garut tahun 2023 sebesar Rp 3,37 miliar ini kondisinya sudah rusak.
Sekretaris DPD GMBI Kabupaten Garut yang juga warga Kecamatan Cikelet, Dian Alamsyah mengatakan, pembangunan Jalan Kiara Kohok – Linggamanik ini dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Garut diperkirakan bulan Agustus 2023.
Dalam pengerjaan jalan ini, lanjut Dian, pihak kontraktor menutup sementara akses jalan kabupaten ini, karena pembangunan jalan ini menggunakan sistem betonisasi.
“Saya juga ketika pulang ke rumah diarahkan pake jalur alternatif lewat kebun warga. Pikir saya pada waktu itu, bagus nih pembangunan jalan pake beton pasti awet,” ujar Dian kepada wartawan di Kantor DPD GMBI Garut, Jalan Patriot, Kelurahan Sukagalih, Kecamatan Tarogong Kidul, Senin (6/5/2024).
Tetapi kenyataannya, kata Dian, ketika dirinya kembali pulang ke kampung halamannya di Cikelet pada bulan Januari 2024 dan April 2024, kondisi jalan sudah banyak yang rusak parah.
“Pada bulan Januari kerusakan jalan sudah terjadi, tapi sedikit. Ketika saya pulang lagi bulan April kemarin, kerusakan jalan sudah parah, permukaannya mengelupas,” katanya.
Menurut dia, melihat kondisi kerusakan jalan yang menelan anggaran Rp3,37 miliar ini dirinya mengaku prihatin. Dian menduga ada pengurangan spesifikasi untuk pembangunan jalan tersebut.
“Saya menduga terjadi kongkalingkong antara dinas dan pelaksana, sehingga pengerjaan tidak maksimal,” ujarnya.
Dian juga menyesalkan dengan kinerja Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) dan Pengawas di lapangan yang tidak maksimal dalam mengawasi pembangunan jalan bengong Kiara Kohok – Linggamanik ini, sehingga hasil pengerjaan pembangunan jalan ini oleh pihak ketiga atau kontraktor ini sangat jelek sekali.
“Masa jalan beton baru dibangun sekitar beberapa bulan sudah rusak, sementara di daerah itu tidak dilewati mobil besar. Kalau anggarannya tidak dipotong tidak akan seperti ini (cepet rusak),” terangnya.
Dian menduga adanya pemotongan anggaran untuk pembangunan jalan ini, karena dirinya melihat beton untuk pembangunan jalan Kiara Kohok – Linggamanik ini bukan spesifikasi untuk pembangunan jalan raya.
“Kalau kualitas betonnya bagus, tidak akan cepet rusak. Kalau mau ada perbandingan, saya bisa tunjukan jalan-jalan kabupaten yang masih bagus kondisinya meski sudah dibangun lama,” terangnya. (*)