Penanganan Sampah Masih Menjadi Persoalan Serius di Kabupaten Garut

Yudi Permana, seorang aktivis yang mendukung paslon 02 Syakur Amin-Putri

GARUT, KABARNUSANTARA.ID – Masalah sampah di Garut telah menjadi persoalan serius yang belum kunjung terpecahkan, meskipun telah lebih dari satu dekade berada di bawah kepemimpinan Rudy Gunawan dan Helmy Budiman.

Yudi Permana, seorang aktivis yang mendukung paslon 02 Syakur Amin-Putri Karlina, menyampaikan kritik tajam terhadap kebijakan pemerintah daerah yang dinilai gagal mengelola sampah secara efektif dan efisien.

Bacaan Lainnya
banner 300600

Yudi menyampaikan 367,16 Ton perhari nya Timbunan sampah dari berbagai jenis sampah bertebaran dimna mana.

Yudi menyoroti ketidakcukupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai salah satu isu krusial yang tak kunjung terselesaikan. Selama bertahun-tahun, pemerintah daerah hanya memusatkan pengelolaan sampah di TPA Pasir Bajing, yang hanya melayani kebutuhan sampah dari pusat kota dan sekitarnya.

Sementara itu, kawasan Garut Selatan justru dibiarkan dengan pengelolaan sampah yang tidak jelas, seakan-akan diabaikan begitu saja. Hal ini, menurutnya, menunjukkan ketidakadilan dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap wilayah yang lebih terpencil.

Situasi di Garut Utara tidak kalah memprihatinkan. Sampah dari wilayah ini dibuang di TPA Pasir Jengkol, yang terletak di perbatasan Bandung-Sumedang. Ironisnya, TPA ini dimiliki oleh swasta, dan Pemda Garut hanya berperan sebagai penyewa dengan kontrak sewa yang mahal.

Yudi mempertanyakan mengapa pemerintah tidak mengupayakan solusi yang lebih efisien, seperti bekerja sama dengan pengusaha lokal Garut. “Kenapa harus membayar mahal untuk membuang sampah ke TPA di luar wilayah kita, padahal masih banyak lokasi di Garut yang bisa dikembangkan menjadi TPA?” tegasnya.

Yudi juga menyoroti besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan sampah tersebut. Menurutnya, pemerintah daerah seakan tidak memiliki visi jangka panjang dalam mengatasi masalah ini, dan justru mengeluarkan dana puluhan miliar rupiah setiap tahun untuk membuang sampah ke luar wilayah.

“Bayangkan jika anggaran sebesar itu dialihkan untuk membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan mandiri di Garut. Kita bisa menciptakan sistem sirkular yang mengubah sampah menjadi sumber pendapatan, bukan sebaliknya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Yudi mengkritik kebijakan Pemda yang terkesan boros dan tidak inovatif. Rezim Rudy-Helmy selama ini hanya terfokus pada solusi konvensional, yaitu mengangkut sampah dan membuangnya ke TPA, tanpa mempertimbangkan potensi sampah sebagai bahan yang bisa didaur ulang dan dimanfaatkan.

“Sampah bukan hanya limbah, tapi peluang ekonomi. Banyak daerah dan negara yang sudah mengembangkan sistem sirkular yang memungkinkan sampah diolah menjadi produk bernilai tinggi. Kenapa Garut tidak bisa?,” tambahnya.

Yudi menilai bahwa pemerintahan saat ini tidak hanya melakukan pemborosan anggaran, tetapi juga gagal menciptakan peluang ekonomi baru. Padahal, jika pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan sirkular, sampah plastik bisa diolah menjadi barang rumah tangga, sampah organik menjadi kompos, dan peluang usaha bisa dibuka untuk masyarakat, termasuk pemulung dan pelaku UMKM.

“Yang terjadi sekarang adalah kebijakan buang dan lupakan, sementara kita membayar mahal untuk itu,” sindirnya.

Ia menegaskan bahwa paslon 02, Syakur Amin-Putri Karlina, memiliki visi yang berbeda. Menurutnya, program unggulan mereka mencakup pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah, menciptakan ekosistem daur ulang yang melibatkan masyarakat, dan bekerja sama dengan sektor swasta untuk menghasilkan produk-produk daur ulang yang bernilai ekonomis.

“Paslon 02 menawarkan perubahan nyata. Mereka ingin menjadikan sampah sebagai berkah, bukan sekadar masalah. Dengan pendekatan sirkular, kita bisa mengubah sampah menjadi mata pencaharian baru, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Garut,” ujar Yudi .

Di akhir wawancara, Yudi menyerukan kepada masyarakat Garut untuk tidak lagi memilih pemimpin yang hanya menawarkan solusi jangka pendek tanpa keberlanjutan.

“Kita sudah cukup menderita dengan kebijakan yang tidak membawa perubahan. Pilkada ini adalah kesempatan bagi kita untuk memilih pemimpin yang benar-benar peduli dan berani mengambil langkah nyata untuk mengatasi masalah sampah yang sudah menahun ini. Paslon 02 memiliki strategi jelas untuk mewujudkan Garut yang lebih bersih dan sejahtera. Ini saatnya kita bergerak menuju perubahan yang nyata,” pungkasnya.

Yudi berharap di masa mendatang, pengelolaan sampah di Garut tidak lagi menjadi beban berat yang terus menguras anggaran daerah, tetapi menjadi peluang baru yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

“Kita bisa mengubah sampah menjadi berkah, jika kita berani memilih pemimpin yang memiliki visi dan keberanian untuk bertindak. Karna salah satu bentuk kemajuan daerah adalah terbebas dari sampah dan limbah. Saatnya Garut berbenah, saatnya memilih perubahan,” tutupnya. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan