Manusia Modern Jaman Nabi Nuh Menuju Peradaban Baru

  • Whatsapp

ISLAMI, KABARNUSANTARA.ID – Jelas dalam Al- quran menyebutkan kisah para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad SAW, sebagai pelajaran berharga sepanjang masa. Kisah-kisah tersebut diabadikan dalam Alquran, salah satunya kisah Nabi Nuh AS.

Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang patut diimani setelah Nabi Adam alaihissalam, dan Nabi Idris AS, nabi Nuh juga merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.

Bacaan Lainnya

Nama Nuh berasal dari bahasa Suriah yang berarti ‘bersyukur’, Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai abdussyakur. Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al-Isra ayat 3:

ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا “[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur.” (QS Al-Isra: 3)

Kisahnya Nabi Nuh juga masuk dalam rasul ulul azmi, yaitu rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Sesuai surat Al-Ankabut ayat 14:

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”

Dalam perjalanan spiritual nabi nuh bahkan berdakwah selama 950 tahun. Nabi Nuh diutus Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala dan kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.

Pada masa kenabiannya, Nabi Nuh diuji dengan kedurhakaan umatnya, termasuk anaknya sendiri. Mereka selalu membangkang seruan Nuh untuk beriman pada Allah SWT. Mereka tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan Nuh, bahkan tidak sedikit yang tak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan seorang rasul. Allah SWT berfirman:

قَالُوا يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

Dakwah Nabi Nuh dan Asal-usul Keturunan Manusia Modern

“Mereka berkata ‘Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar’.” (QS Hud: 32).

Menurut riwayat, jumlah pengikut Nabi Nuh AS tidak lebih dari 80 orang. Para pengikut Nabi Nuh AS tersebut terdiri dari orang-orang miskin dan lemah, dikutip dari Nabi Nuh AS: Keajaiban Bahtera Raksasa karya Testriono dan Tim Divaro.

Allah SWT akhirnya memberikan azab kepada umat Nabi Nuh berupa air bah yang membinasakan. Setelah banjir bah yang menghanyutkan dan menenggemkan orang-orang tidak beriman, Nabi Hud disebut sebagai bapak seluruh umat manusia setelah Nabi Adam.

Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh dan kaumnya yang tersisa dan beriman untuk turun dari perahu dan kembali melanjutkan hidup di bumi. Allah juga telah menetapkan bahwa hanya anak-anak Nabi Nuh yang kelak akan memiliki keturunan, sedangkan orang-orang beriman lainnya tidak memiliki keturunan.

وَجَعَلْنَا ذُرِّيَّتَهُ هُمُ الْبَاقِينَ “Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan.” (QS ash-Shaffat: 77).

Semua keturunan anak Adam yang ada di muka bumi nasabnya kembali kepada ketiga anak Nuh yaitu Sam, Ham, dan Yafits. Sam adalah bapaknya bangsa Arab, Ham adalah bapaknya bangsa Habasyah, dan Yafits adalah bapaknya bangsa Romawi.

Setiap dari mereka memiliki tiga orang anak. Anak-anak Sam adalah bangsa Arab, Persia, dan Romawi. Anak- anak Yafits adalah bangsa Turkia, Slaves, Ya’juj, dan Ma’juj. Sedangkan anak-anak Ham adalah bangsa Sudan dan Barbar.

Said bin Al-Musayyib menjelaskan, “Anak-anak Sam adalah bangsa Arab, Persia, dan Romawi. Ada kebaikan pada mereka. Anak-anak Yafits adalah Ya’juj, Ma’juj, Turkia, dan Slaves. Tidak ada kebaikan sama sekali pada mereka. Sedangkan anak-anak Ham adalah bangsa Qibthi (Mesir), Barbar, dan Sudan.”

Pos terkait