Kepala Puskesmas Cipanas Belusukan Tangani Stunting Dalam Sepekan Ditemukan 255 Positif

  • Whatsapp

Hj. Husnul Khotimah didampingi Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Kesehatan

GARUT, KABARNUSANTARA.ID- Tingginya angka kasus stunting di Kabupaten Garut, hingga menduduki peringkat satu terbanyak di Jawa Barat, membuat Pemkab Garut belingsatan mencari penyebab stunting pada bayi dan berupaya melakukan penanganannya.

Bacaan Lainnya

Berbagai pihak berupaya mencari bayi yang terindikasi stunting dengan melakukan penimbangan berat badan dan mengukur tinggi badan bayi sebagai upaya pencegahan.

Kepala Puskesmas Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Hj. Husnul Khotimah dengan para pegawainya belusukan ke kampung kampung di empat wilayah kerjanya, untuk mencari bayi bayi berpotensi stunting. Hasilnya dalam seminggu 255 bayi ditemukan positif stunting.

“Kami sudah melakukan penimbangan dari tanggal 2 Juni sampai hari ini tanggal 10 sudah ditemukan 255 bayi stunting dari 946 bayi yang kami ukur, atau sebanyak 26,19 persen,” ungkap Hj. Huslnul Khotimah, ditemui di Posyandu Pananjung kawasan objek wisata Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler , Jumat (10/06/2022).

Dikatakan Husnul, di wilayah kerjanya terdapat sekitar 3 ribu bayi yang menjadi sasaran pencarian bayi stunting hingga tanggal 25 Juni 2022 mendatang.

” Kami akan lakukan validasi lagi, dan untuk bayi bayi yang benar benar positif stunting kita akan cari penyebabnya untuk kami lakukan intervensi bersama lintas sektoral lainnya,” katanya.

Dikatakannya, mencari penyebab kasus stunting pada bayi merupakan hal penting untuk dilakukan langkah penanganan yang lebih tepat.

” Penyebab terjadinya stunting ini kan bisa macam macam, bisa karena faktor kesehatan, bisa karena kemiskinan, bisa dari pola asuh, atau lainnya. Kalau sudah diketahui penyebab utamanya, untuk penganannya, nanti kita lakukan kerja sama dengan instansi terkait,” tuturnya.

Sementara itu, ditemui sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Garut, dr. Maskud, menyebutkan, banyak penyebab terjadinya bayi stunting. Karenanya sangat perlu dicari penyebab utamanya, agar bisa dilakukan intervensi yang tepat dalam penanganannya.

“Kita akan cari penyebab utamanya, apakah karena kemiskinan, karena pola asuh, atau karena lingkugan, bisa pula karena faktor pendidikan. Kita akan cari penyebabnya untuk dilakukan penanganan yang tepat, kita akan lakukan penanganannya secara penta helix,” tutur Maskud . ( Jay ).

Pos terkait