BKKBN Jabar Terima Kunjungan DPPKBPPPA Kalimantan

Kepala Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat, @dadiroswandi, didampingi Sekban berkesempatan menerima kunjungan Tim dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, (04/01/2025).

BANDUNG, KABARNUSANTARA.ID – Kepala Kemendukbangga/BKKBN Provinsi Jawa Barat Dadi Roswandi, didampingi Sekban berkesempatan menerima kunjungan Tim dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, Rabu (4/1/2025).

Kunjungan kali ini bermaksud untuk mengadopsi praktek baik program percepatan penurunan stunting di Jawa Barat, khususnya terkait penyelenggaraan program Rumah Ceting (Cegah Stunting) yang dikembangkan oleh @JimmyHantuFoundation yang merupakan salah satu mitra BKKBN di Kabupaten Bogor yg dalam kesempatan ini juga hadir dalam secara daring melalui kanal zoom.

Bacaan Lainnya
banner 300600

Dikatakan Jimmy Hantu selaku pimpinan @JimmyHantuFoundation bahwa Rumah Ceting adalah rumah khusus bagi ibu hamil dan menyusui KEK dan anak baduta stunting, yang dilengkapi dengan dapur alat pengukuran antropometri untuk pemantauan gizi serta didukung berbagai APE untuk merangsang perkembangan motorik anak.

Di Rumah Ceting para sasaran disajikan konsumsi yang diolah sendiri dari sumber bahan baku yang diproduksi sendiri, mulai dari beras sebagai sumber karbohidrat, daging, susu, telor, ikan sebagai sumber proteinnya serta sayur dan buah-buahannya. Jadi Rumah Ceting murni dikelola secara mandiri oleh @JimmyHantuFoundation tanpa melibatkan pihak lain, termasuk pemerintah. Ia sendiri mengakui sulit untuk menghitung nominal pembiayaannya karena hampir semua bahannya berasal dari hasil pertanian yang dikelola sendiri.

Dalam kesempatan ini, Kabid KB dan K3 DPPKBPPPA Kabupaten Paser selaku pimpinan rombongan berharap @JimmyHantuFoundation dapat memberikan pendampingan kepada Kabupaten Paser, mengingat masih tingginya angka prevalensi stunting di Kabupaten Paser sebesar 24%, sementara disaat yang sama sudah ada kepedulian dari sektor swasta melalui CSR untuk program percepatan penurunan stunting, yang selama ini masih belum terselenggara secara maksimal. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan